KOMPOR YANG HILANG

Perjalanan minggu pagi ini, dimulai sambil mengantar anak tertua saya Syaiful dan temannya Ade untuk mengikuti SSB (Sekolah Sepak Bola) setelah ngedrop dan melihat Syaiful mulai di bariskan pelatih untuk dikasih instruksi tentang cara bermain bola dan kedisiplinan saya mulai teringat mempunyai seorang teman ataupun Bapak yang bernama Pak Saiman, yang tinggal disekitar tempat latihan SSB yaitu Sentra Pembuatan Kompor.

Sentra ini sangat terkenal di Singosari Malang karena bahan dasar pembuatannya berasal dari drum bekas, yang saat itu menjadi sentra yang dipuja dan disanjung oleh pemerintahan Kabupaten Malang sebagai sentra yang bisa mengangkat atau mengentaskan pengangguran karena daya serap industri ini cukup besar terutama anak putus sekolah dan ibu-ibu Rumah tangga, Pak Saiman yang saat jayanya bisa menyerap tenaga kerja 150 orang.

Saat itu, pendampingan banyak sekali baik oleh pemerintah Kabupaten, LPM Brawijaya dengan PT. Danareksanya sampai kredit KUKM yang digulirkan Pemerintah Propinsi telah dinikmati oleh Bapak Saiman ini dan kesemuanya itu dengan sukses dilalui nya. Sukses disini lebih ke arah pengembalian yang tepat waktu dan tepat jumlah. Bahkan untuk pinjaman dari pemprov Jawa Timur mencapai suatu hal yang patut dibanggakan karena bisa 100% pencairannya yaitu bisa pinjam 75 juta dari anggunan yang sama walau didukung oleh peralatan kerja yang memungkinkan untuk itu.

Pagi itu Saya datang untuk silaturrohim dan minta maaf karena tidak bisa datang saat putrinya menikah, dan saya mendengar bunyi dentingan palu kecil semakin kecil terdengar dikarenakan sedikitnya tenaga kerja yang terlibat. Irama dentingan yang semakin redup ini dikarenakan Kebijakan subsidi BBM yang mau dicabut digantikan dengan Gas Elpiji. Dengan nada pasrah Pak Saiman mematuhi dan menyerah akan kebijakan pemerintah ini.

Kalau menengok kebelakang, saat saya mengantar SCTV, Bisnis Indonesia untuk meliput Industri ini sungguh pemutar balikan keadaan kalau dulu begitu sulitnya cari duduk disela-sela pekerja dan mobil yang lalu lalang untuk mengambil dan mengantar Kompor yang mau diambil pedagang yang langsung datang, atau mengantar kompor dari binaan/mitra Pak Saiman. Pagi itu kita duduk sambil ngopi di sebelah tumpukan seng-seng bekas yang masih teronggok menunggu untuk dikerjakan atau menunggu pesanan datang.

Sebagai Ketua pengrajin Kompor disana Pak Saiman ini tempat jujukan para pejabat, dan banyak membantu pemerintah untuk dimintai sumbangan kalau ada karnaval dengan kompor raksasanya dlsb.

Tapi kini atas nama kebijakan dan pencabutan subsidi BBM karena harga BBM dunia yang melonjak, sentra Kompor Singosari, Dinoyo Malang dan Ngingas Sidoarjo merana nunggu nasib. Hanyo siapa yang salah atau yang bener, kebangkrutan Indonesia atau kebodohan pendampingan kita.

Salam,
Cak Arif

2 Tanggapan so far »

  1. 1

    la mendol said,

    Cak Arief, mohon informasi industri kecil yang ada di malang, yang mungkin belum diekspos tapi sudah lama eksis. Kebetulan majalah kami ada rubrik yang mengangkat soal industri kecil. Oh ya salam kenal. Saya lulusan Unmer- Raya Dieng loh. hehehehe…

  2. 2

    Cak Arif said,

    Di Malang ada beberapa sentra Industri Kecil Mebel di Blimbing, Makanan terutama Marning (makanan dari Jagung) di Desa Pandanwangi, Kompor di Daerah Singosari dan Dinoyo Malang, Sentra Keramik ada Di Dinoyo juga, untuk Garment ada di Kauman pusat kota tentunya.

    Salam,
    Cak Arif


Comment RSS · TrackBack URI

Tinggalkan komentar